This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 29 April 2016

Berondong Pemuas Nafsu Tante

Cerpensex | Saat ini aku kuliah disalah satu universitas, sebagai cowok aku biasa-biasa saja tapi
menurut teman-teman wanitaku aku tampan. Pendapat teman-temanku yang mengatakan aku tampan
membuatku PD untuk bergaul lebih. Bahkan sekarang aku sudah berani menggoda tante-tante
yang suka dugem. Pernah juga aku alami ngentot dengan tante Silvi ditoilet salah satu
diskotik, karena tante Silvi sudah horni banget dan langsung mnggeretku kekamar mandi
untuk memuaskan nafsunya. Aku tanpa menolak pun langsung melayani liarnya nafsu tante
Silvi. Karena aku mendapat dua keuntungan yaitu menikmati tubuh tante Silvi dan juga aku
mendapatkan uang dari tante Silvi.



Cerpen Sex Berondong Pemuas Tante
Namun setelah hubunganku bersama tante silvi berakhir karena suaminya sudah pulang dari
luar negri, aku bingung dengan siapa aku mendapatkan kenikmatan secara gratis dan juga
mendapatkan uang. Dan timbullah keinginanku untuk iseng jalan-jalan ke mall yang biasa
banyak tente-tante nongakrong. Selesai pulang kuliah aku langsung menuju kesebuah mall,
dan nongakronglah aku disebuaf café yang ada dimall. Setelah lama aku lihat-lihat, aku tak
menemukan seorang pun tante yang sedang nongakrong juga, aku pun berniat untuk pulang.
Diperjalananku keluar mall, dari kejauhan aku melihat sosok wanita sekitar 37 tahunan
sedang asik disebuah conter HP. Mungakin sit ante sedang memilih HP untuk dibelinya.
Aku yang tak punya niat untuk beli HP pun langsung menuju ke conter temapt tante tersebut.
Aku berpura-pura menanyakan kepada kariawan conter suatu HP yang pastinya sudah aku
pikirkan tidak ada diconter tersbut. Aku duduk persis disamping tante tersebut, sungguh
indah badantante tersebut. Baju yang tante kenakan sangat setrit sekali dengan pasangan
rok yang sangat minim sekali sehingga paha putih mulus tante dapat terlihat dengan jelas.
Payudara tante itu juga sangat montok sekali, sehingga adik kecil yang ada didalam
celanaku pun langsung berdiri tegak.
Kepala tanggung, karena penisku sudah tegang dibuat oleh tubuh molek tante, aku pun
memeberanikan diri untuk menyapa tante itu “Lagi cari HP apa tante??” tanyaku. “Eeeehhh…
ini lagi cari HP yang seperti ini (sambil menunjukan sebuah HP)” jawab tante. Oooowh…itu
HP bagus tante, keluaran terbaru lhoo tante” candaku biar semakin akrab dengan tante.
“Iyhaaa…makanya tante langsung mencari HP ini ketik tante tau HP ini sudah keluar
kepasaran” jawab tante. “Aaahh jadi pengen tante” ucapku sambil tersenyum. “Hehe…Pengen
yaaa???” ujar tante. “Iyha pengen tante, habis bagus siiih” jawabku. “Ini kalau pengen”
ucap tante tersebut sambil memberiku secarik kertas yang bertuliskan nomer HP.
Setelah selesai membayar Hp yang dibeli tante tersebut, tante lekas pergi meninggalkanku.
Dan aku semakin dibuat penasaran dengan tante tersebut. Apa mungakin ini pengganti dari
tante Silvi?? Ucapku dalam hati. Setelah tante pergi entah tak tau kemana, aku pun
langsung pulang, dan berniat nanti malam aku akan langsung menghubungi nomer telpon yang
tante berikan tadi dimall. Dan malam pun Tiba dan langsung aku menelpon nomer tante
tersebut.

Baca JUga Cerita Sex Lain nya di CeritasexTerbaru.Net

“halooo ini tante yg diplaza tadi ya.??”
iaa, ni siapa yaa ?’
“ini aku yg tadi ngbrol dengan tante di toko Hp tadii”
“oogh,iyhaaa aku ingat.??”
“oya,nama kamu siapa??”
“aku Rio tan , nama tante siapa? tante tinggal dmna.?? Uda berkelurga ya tan.? Maaf banyak
tanya ya tan, habis nya gerogi ngmong dengan tante yg cantik dan sexy. hehehe”
“aaahk, Rio bisa aja mengoda tante, panggil aja Tante Indri, tante uda berkluarga kog Cuma
suami tante tinggal diluar kota. Tante tinggal di Perumahan Taman SetiaBudi”
Panjang lebar kami mengbrol dengan tante itu, diakhir telepon aku berani kan diri bertanya
dengan tante itu.
“tan, kapan² aku boleh main kerumah gak tan.??”
“hmmm, boleehh datang aj kapan kamu mau, tpi kalo mau datang hub tante aja dulu yaa, biar
tante bersiap-siap pakai pakaian yang sexyy , hehehe”
jatung ku berdetak kencang saat tante itu menjawab seperti itu serasa dapat Harta karun.
“ahkk, tante bisa aja bercanda yaa, ya da selamat malam ya tan.”


Lusa nya tepat nya jam 7 malam,aku menelepon tante tersebut dan hendak mau kerumah nyaa.
tante itu pun meng ia kan , dan aku segera meluncur kerumah nya. Sesampai di rumah tante
itu, bahh, rumah nya mewah bangett, tamannya cukup asri. Aku memencet tombol rumah nya,
dan langsung diosuruh masuk oleh pembantu nya. Aku duduk di ruang tamu dan datang la
sesosok wanita yg berdadan cantik bangett, ternyata itu Tante Indri, aku diam menatap
tante itu. Looh, kog melamun, ayukk kita makan dulu diluar,kamu bisa bawak mobil kan.?’.
“iiiaaa iaaa tan, dengan groggi bercampur gugup aku menjawab nya”


Kemudian kami makan malam diluar disana aku bukan hanya makan tapi melamunin tubuh tante
tersebutt, gak kebayang kalo aku bisa ngentot dengan tante ini. Setelah makan kami selesai
kami pulang kerumah tante, “tan, kenapa baju tante gak diganti dengan baju rumahan, kan
lebih nyaman pakai baju biasa tant,?”. biar saja pakain baju ini, biar kamu tertarik dan
terpcaing untuk membuka baju tante dengan sendirinya, pancing tante trsebut dengan
genitnya.

Kunjungi JUga CeritaSexHot.Org

Kami duduk berhadapan diruang tamunya,dan aku melamun hampir 3menit melihat body tante yg
aduhaaai ini. Saat itu aku kaget pada saat aku melamun terdengar aku suara desahhan
perempuan yg membuat aku sadar ternyata itu dari video Hp tante itu, dan tante itu puin
mendekati aku, dan memacing aku.


“Rio,kamu mau gak puasin tante malam ni,? Malam ni kamu tidur dirumah tante saja, kita
ngentot satu malam ini, puaasiinn tanteeee” bisik tante ini dikupung aku
“akkuu takut tan, ntar pembantu tante tauuu”
“tenang aja pembantu tante uda tante suruh didalam kamar saja dan tidak akan memberitau
kepada suami tante” aku pun mendapat angin sejuk. Tante itu pun menjilati kuping aku dan
tangannya pun naik turun dari atas kepala ku kebawah paha ku, tante itu terus memancing
aku dan menari nari erotis di depan aku, Setelah menari tante itu pun duduk diatas
pangakuan aku duduk diatas kedua paha aku, dan kami berciuman memainkan lidahh beradu
lidah satu sama lain, sambil berdesahh, aahkkk, hmmmmm ahkkk ahh ahh,
Aku pun tak mau kalah , aku remas-remas tetek yg besar itu, aku buka kancing baju nya dan
aku buka baju nya, terlihat BH tante yg sexy dengan motif² yang bagus, aku buka BH tante
itu danm terlihat tetek yg Indah dan langsung aku emut emutt, aku jilatinn aku mainkan
teteknya, sehingga membuat tante tersebut mendesah.

Kunjungi JUga CeritaSexTerbaru.ORG

“Aahk ahhh ahhh , Rio puasin tantee malam ini sampai pagii.. Aahhh ooh yess…isap yg kuat ,
emut pentil tante sayangg,,,,,ahh ahhh uhhm…..”
sambil aku isap tetek nya sambil aku peluk tante itu dan aku remas remas pantatnya yg
montok itu,
Tak lama kemudian kami berdiri kami berciuman lagi sambil mengoyangakan badan kami.
tante uda gak tahan sayangg , ayukk kentotin tante sayangg,.
“ia tante sayang aku juga uda gak tahan.. “
aku buka celana tante , telihat G-string tante yg model nya hanya tertutup bagian pepek
saja, aku buka, dan langsung aku jilat jilat pepek tante,
hmm , harum sekali pepek tante, aku suka tantee,
ia sayang emut teruss jilat teruss buat tante terbang kelangit ketujuh sayang..
ahhh.. oooh yess baby, emutt sayang jilattiin terusssssss.
“Ahhh ahhh ahhh ohh yess uhhm .. aaaaaaaaaaaaaaahhk, tante uda orgasmee niiiih sayangggg”
desah tante m’buat aku semakin bergairah,

Kunjungi JUga CeritaSexPembantu.com

kemudian tante berdiri dan mebuka celana aku dan sempak aku. tante tersebut kaget melihat
ukuran kontol aku yg cukup besar dan gemuk, tag tahan tante melihat langsung diemut nya
kontol aku, sluppp sluppp slrupp, bunyi kontol aku yg keluar masuk dari mulut tante ,
tann, aku gak tahann, ayuuk kita ngentot tann,, ia sayangg , sambil dicium nya aku, dan
aku pun mulai memasukan kontol aku kepepek tante itu, sayangg pelan pelan ya masukin nya,
kontol kamu gemuk bget sayang.Cerpen Sex

“ia tante ku sayangg, blesssssss akhirnya kontol aku pun masukk, aahhh yess babyy, sayangg
puasin tantee sekarang”
“ia tante. Aku mengoyang goyang kan pinggul ku kami melakukan posisi MON.
“ahh yess ahh ahhh ahh yess, hhmm kontol kamu enak banget sayangg, ahhhh yesss , ooohh
ouhhh, hmmmm.”
“sayang ganti posisi, sekarang tante yg akan mengoyangakan kamu sayang, kamu dimaktin aja
pepek tante ya sayaannnnnnngg.”
“Pelan pelan dimasukin , ahhhhh, tan, rasa nya kontol aku dipijit pijit” digoyangakan nya
pantat tante yg montok, sambil aku isap isap tetek tante.
“Sayangg isap in tetek tante yaa, emutt teruss, ia tan.”
“ahhhhhh ooohhh yesss, ahhh ahhh ahhk oooughhhhhhhhhhyess.”
Tak lama kemudian “Tann, aku mau keluar ini, ahhh ahhhhhoohhh ,,
“ia sayang tante jugaa, kamu keluari didalm aja yaa, tante pengen rasain manik kamu didlam
sayangg.”
“iyha tann”
Tante pun mulia mengoyang-goyangakan dengan nikmatnyaa.
“aaaaahh ahhh ahhhkkk yesss yesssssss, aaahh ahhh tannnn , akkkuu keluaaaarrrrr ni,,
aahhhh ahh oughhhhhhhhhhh.”

BAca Juga Cerita Sex Majikanku Dan Temannya 1

kami pun berpelukan posisi tante di atas tubuh ku, Rio sayangg, biarinn dulu yaa kontol
kamu nancep dipepek tantee,, pepek tantee masiih mau di entot lagiii. kami pun istirahat
sejenak dan posisi tidak berubah. Nikmatt bangett pepek tanteee, aku berbisik ditelinga
tante, dan aku cium kening nya.– Cerita Sex Indonesia ; Cerita Mesum; Cerita Sex Panas ; Cerita Porno ; Cerita Bokep ; Cerita Sex ; Cerita Hot ; Cerita Panas Indonesia ; Cerita Dewasa ; Cerita Seks, Cerita Hot Terbaru, Kisah Sex.

Cerita Sex MamaLestari Memang Hot

Media Dewasa Cerita Sex | Cerita Dewasa | CerSex | Cerita Seks | Cerita Sex Terbaru | Cerita Sex Tante | Cerita Sex Stw | Cerita Sex Ibu Lestai Hot Menggoda – Kejadiannya 13 tahun yang lalu, saat aku masih kuliah disebuah kota S di P. Aku mempunyai teman satu angkatan satu jurusan Yon namanya, berasal dari kota W. Kami begitu lengketnya, study, ngobrol, jalan ngalor-ngidul, ngapelin cewek satupun sering bersama. Sampai kecewapun sering bareng-bareng. Yon si anak “bocor” tapi baik hati itu tinggal dirumah tantenya (yang biasa aku panggil Ibu Tari) yang hanya punya anak gadis semata wayang. Itupun begitu lulus S1 Manajemen perusahaan langsung dilibas habis kegadisannya sama pacarnya, dalam suatu perkawinan, terus diboyong ke Jakarta.
Cerita Sex
Cerita Sex | Tinggallah Ibu Tari ini dengan suaminya yang pengusaha jasa konstruksi dan trading itu dengan pembantu dan sopir. Kebetulan Yon ini keponakan kesayangan. Wajar saja dia suka besar kepala karena jadi tumpahan sayang Ibu Tari. Sampai suatu saat dia minta tinggal di luar rumah utama yang sebenarnya berlebih kamar, ya si tante nurut saja. Alasan Yon biar kalau pulang larut malam, tidak mengganggu orang rumah karena minta dibukakan pintu.
Ruang yang dia minta dan bangun adalah gudang di sebelah garasi mobil. Dengan selera anak mudanya dia atur interior ruangan itu seenak perutnya. Setengah selesai penataan ruang yang akhirnya jadi kamar yang cukup besar itu, sekali lagi Yon menawarkan diri agar aku mau tinggal bersamanya. Saat itu Ibu Tari, hanya senyum-senyum saja. Seperti dulu-dulupun aku menolaknya. Gengsi sedikitlah, sebab ikut tinggal di rumah Bu Tari berarti semuanya serba gratis, itu artinya hutang budi, dan artinya lagi ketergantungan. Biar aku suka pusing mikirin uang kost bulanan, makan sehari-hari atau nyuci pakaian sendiri, sedikitnya di kamar kostku aku seperti manusia merdeka.
Cerita Dewasa | Tapi hari itu, entah karena bujukan mereka, atau karena sayangku juga pada mereka dan sebaliknya sayang mereka padaku selama ini. Akhirnya aku terima juga tawaran itu, dengan perjanjian bahwa aku tidak mau serba gratis. Aku maunya bayar, walaupun uang bayaran kostku itu ibarat ngencingin kolam renang buat Bu Tari yang memang kaya itu. Toh selama ini aku menganggap rumah Bu Tari ini rumah kostku yang kedua, sebelumnya sering juga aku menginap dan nongkrong hampir setiap hari di sini.
Ada satu hal sebenarnya yang ikut juga menghalangiku selama ini menolak tawaran Yon atau Bu Tari untuk tinggal di rumahnya. Entah kenapa aku yang anak muda begini, suka merasakan ada sesuatu yang aneh di dada kalau bertatapan, ngobrol, bercanda, diskusi dan berdekatan dengan Bu Tari. Perempuan yang selayaknya jadi tante atau bahkan ibuku itu.
Bagiku Ibu Tari bukan hanya sosok perempuan cantik atau sedikitnya orang yang melihatnya akan menilai bahwa semasa gadisnya Bu Tari adalah perempuan yang luar biasa. Bukan hanya sekedar bahwa sampai setua itu Ibu Tari masih punya bentuk tubuh yang meliuk-liuk. Senyumnya, dada, pinggang, sampai ke pinggulnya suka membuatku susah tidur dan baru lega jika aku beronani membayangkan bersetubuh dengannya. Jika aku beronani tidak cukup kalau cuma keluar sekali saja.
Gejala apa ini, apakah wajar aku terobsesi sosok perempuan yang tidak hanya sekedar cantik, tapi berintelegensi bagus, penuh kasih dan nature. Buatku secantik apapun perempuan jika tidak punya tiga unsur itu, hambar dalam selera dan pandanganku. Seperti sebuah buku kartun yang tolol dan tidak lucu saja layaknya. Malangnya Ibu Tari memiliki semua itu, dan lebih malangnya lagi aku. Di bawah sadar sering aku diremas-remas iri dan cemburu jika melihat Ibu Tari berbincang mesra atau melayani Pak Bagong, suaminya. Begitu telaten dan indah. Gila!
Selama aku tinggal di rumah Bu Tari itu, pada awalnya semua biasa saja. Perhatian dan sayang Bu Tari kurasakan tak ada bedanya terhadapku dan Yon. Kupikir semua ini naluri keibuannya saja. Tetapi semua itu berjalan hanya sampai kurang lebih 4 bulan.
Di suatu malam dari balik jendela kamarku kulihat beberapa kali Ibu Tari keluar masuk rumah dengan gelisah menunggu Pak Bagong yang sampai jam 22.00 belum pulang. Sebentar dia kedalam sebentar keluar lagi, duduk dikursi, memandang kejalan dengan muka gelisah, membalik-balik majalah lalu masuk lagi. Keluar lagi. Kuperhatikan belakangan ini Ibu Tari begitu murung. Ada masalah yang dia sembunyikan. Senyumnya sering kali getir dan terpaksa.
Aku beranjak ke kamar mandi untuk pipis. Buku Nick Carter yang sejak tadi membuat penisku tegang kugeletakkan dimeja. Tapi begitu aku kembali ternyata Bu Tari sudah duduk di kursi panjang di kamarku memegang buku itu. Aku hanya meringis ketika Bu Tari meledekku membaca buku Nick Charter yang pas dicerita ah.,eh.,oh kertasnya aku tekuk. Sesaat setelah kami kehabisan bahan bicara, muka Bu Tari kembali mendung lagi. Dia berdiri, berjalan ke sana sini dengan pelan tanpa suara merapikan apa saja yang dilihatnya berantakan. Sprei tempat tidur, buku-buku, koran, majalah, pakaian kotor dan asbak rokok. Ya maklum kamar bujanganlah. Aku pindah duduk dikursi panjang lantas mematung memperhatikannya. Seperti tanpa kedip. Semua yang dilakukannya adalah keindahan seorang perempuan, seorang ibu.
Setelah selesai, sejenak Bu Tari hanya berdiri, melihat jam didinding lalu menatapku dengan mata yang kosong. Aku coba untuk tersenyum sehangat mungkin. Bu Tari duduk di sampingku. Mukanya yang tetap murung akhirnya membuatku berani bicara mengomentari sikapnya belakangan ini dan bertanya kenapa? Bu Tari tersenyum hambar, menggeleng-gelengkan kepala, diam, menunduk, menarik napas dalam dan melepasnya dengan halus. Sunyi. Seperti ingin to the point saja, Bu Tari menceritakan masalah dengan suaminya.
Seperti kampung yang diserbu provokator dan perusuh saja, otakku tercabik-cabik, terbuka. Hubungan Bu Tari dengan suaminya selama ini ternyata semuanya penuh kepura-puraan. Kemesraan mereka semu tak bernurani, bagai sebuah ruangan setengah kosong, dan setengahnya lagi sekedar keterpaksaan pelaksanaan kewajiban saja. Bu Tari berada di dalamnya. Suaminya tahu tapi seperti sengaja membiarkannya memikir, menghadapi dan menyelesaikannya sendiri. Menerima keadaan.
Entah karena kesepian, butuh orang sebagai tumpahan hatinya yang kesal dan rasa disia-siakan. Bu Tari menceritakan bahwa Pak Bagong sudah lama mempunyai istri simpanan di sebuah perumahan menengah pinggir kota. Tak pernah hal ini dia ceritakan kepada siapapun juga kepada anaknya sendiri Mbak Clara di Jakarta. Sama dengan kebanyakan istri-istri pejabat yang walaupun tahu suaminya punya simpanan perempuan, Bu Tari hanya bisa menahan hati. Konon katanya, justru sebenarnya banyak istri pejabat yang malah mencarikan perempuan khusus untuk dijadiakn simpanan suaminya sendiri, demi keamanan, “nama baik” dan jabatan. Biar si suami tidak asal hantam dan makan sembarang wanita. Toh, Istri tahu atau tidak, terima atau tidak, si suaminya dengan jabatan, uang dan kelelakiannya dapat melakukan apa saja pada perempuan-perempuan yang mau. Semua itu seperti permaisuri yang mencarikan selir untuk suaminya sendiri.
“Dia ingin punya anak laki-laki Win (Win nama palsu saya)” Begitu ucap Bu Tari malam itu.
Matanya mulai berkaca-kaca. Dulu Bu Tari memang suka bercerita betapa inginnya dia punya anak laki-laki yang banyak. Dia suka menyesali diri kenapa Tuhan hanya memberinya satu anak saja.
“Apakah itu alasan yang wajar Win” Ucapnya lagi.
Kedua tangannya memegang tangan kananku dan matanya yang memelas lurus menatapku. Seolah meminta dukungan bahwa kelakuan Pak Bagong salah. Aku bingung. Mau ngomong apa, seribu kata aduk-adukan diotak hingga aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.
Diluar dugaanku, tangis Bu Tari malah meledak tertahan. Dia jatuhkan mukanya ke pundak kiriku. Aku bingung, tapi naluri lelakiku berkata dia teraniaya dan butuh perlindungan, hingga akhirnya tanganku begitu saja merengkuhnya. Bu Tari malah membenamkan wajahnya ke dadaku. Aku elus-elus punggungnya dan dengan pipiku kugesek-gesek rambutnya agar dia tenang. Kucium wangi parfum dari tubuh dan rambutnya.
Sesaat rasanya, sampai akhirnya Bu Tari menarik mukanya dan memandangiku dengan senyumnya yang gusar. Aku ikut tersenyum. Ada malu, ada rasa bersalah, ada pertanyaan ada kehausan di mata Bu Tari, dan ada yang menyesakan dadanya. Entah rasa sayang atau sekedar untuk menetralisir hatinya, aku usap air matanya dengan jariku. Bu Tari hanya diam setengah bengong menatapku. Hening. Sepi.
“Ibu bahagia sekali win kamu mau tinggal disini. Entah bagaimana rasanya rumah ini kalau tak ada kamu dan Yon. Sepi.
Tidak ada lagi yang bisa diharapkan. Mungkin ibu bisa mati sedih dirumah sebesar ini” Ucap Bu Tari pelan tertunduk murung.
“Kenapa Ibu baru menceritakannya sekarang?” Ucapku.
“Untuk apa?” Ucap Bu Tari menggeleng-geleng.
“Setidaknya beban Ibu dapat berkurang”.
“Buat Ibu cukup melihat Kamu dan Yon ceria dan bahagia di rumah ini. Kalianlah yang justru membuat Ibu betah di rumah. Untuk apa Ibu harus mengurangi semua itu dengan masalah Ibu. Ibu sayang pada kalian”. Ucap Bu Tari sambil memegang jari tanganku.
Aku membalasnya dengan meremas jari jemarinya pelan.
“Kamu sayang pada Ibu kan Win? Tanya Bu Tari menatapku.
Aku menggangguk tersenyum. Bu Tari tersenyum bahagia. Lalu entah kenapa aku nekat begitu saja mendekatkan mukaku, mencium kening dan pipinya dengan lembut. Kulihat wajah Bu Tari yang surprise tapi diam saja.
“Bu Tari marah?” tanyaku.
Dia menggeleng-geleng dan malah balas menciumku, menyenderkan kepalanya miring di pundakku dan melingkarkan tangan kanannya di pinggangku. Kupeluk dia. Lama sekali rasanya kami saling berdiam diri. Tapi aku merasakan kedamaian yang luar biasa. Sampai akhirnya suara motor Yon yang katanya habis diskusi di kelompok studinya tiba dan suara pintu gerbang terbuka.
Sejak kejadian malam itu hubunganku dengan Bu Tari jadi kian aneh. Mungkin awalnya hanya sekedar memperlihatkan rasa sayang dan cinta layaknya seorang anak pada ibunya dan sebaliknya. Walau dengan diam-diam disetiap kesempatan yang ada kami saling tidak menyembunyikan semua itu. Bertatapan dengan mesra, bercanda dan saling memperhatikan lebih dari dulu-dulu.
Tapi seperti air yang tak diatur, semua mengalir begitu saja. Kian lama Bu Tari dan aku berani saling mencium. Cium sayang dan lembut disetiap kesempatan yang ada tanpa seisi rumah tahu Tapi kegalauan dihatiku tetap saja tak dapat kuingkari. Sering aku bertanya sendiri sayangku, cintaku, ciumanku dan pelukanku pada Bu Tari apakah manifestasi seorang anak pada sosok ibunya, atau seorang lelaki pada seorang perempuan. Hati dan otakku setiap hari dililit pertanyaan sialan itu. Begitu menjengkelkan.
Semua itu berjalan sampai tak dapat kuingkari bahwa birahi selalu mengikutiku jika aku berdekatan dan mencium Bu Tari. Selama ini aku berusaha menekannya. Tapi itu meledak di suatu sore yang sepi.
Semula aku hanya ingin meminjam koran yang biasanya tergeletak di ruang keluarga rumah utama. Tapi saat kulihat Bu Tari tengah berdiri menikmati ikan-ikan hias aquariumnya. Tiba-tiba aku ingin menggodanya. Aku berjingkat perlahan dan menutup kedua matanya dengan tanganku dari belakang. Ibu Tari kaget berusaha melepaskan tanganku. Aku menahan tawa tetap menutup matanya. Tapi akhirnya Bu Tari mengenaliku juga. Kukendorkan tanganku.
“Wiinn kamu bikin kaget ibu saja akh..” Ucap Bu Tari tetap membelakangiku dan menarik kedua tanganku ke depan dadanya.
Bu Tari bersandar di dadaku. Kedua tanganku tepat mengenai payudaranya yang kurasakan empuk itu. Gelora aneh mengalir di darahku. Sementara Bu Tari terus mengomentari ikan-ikan di dalam aquarium, aku justru memperhatikan bulu-bulu lembut di leher jenjangnya Rambutnya yang lurus sebahu saat itu tertarik ke atas dan terjepit jepitan rambut, hingga leher bagus itu dapat kunikmati utuh. Aku berdesir. Kurasakan napasku mulai berat. Dengan bibirku akhirnya kukecup leher itu. Bu Tari merintih kegelian dan mencubit lenganku dengan genit.
“Hii. Jangan Wiinn akhh…, Merinding Ibu ah”
Dekapan tanganku di payudara dan dadanya makin kuat. Ketika kuperhatikan dia tidak marah dan tenang maka kuulangi lagi kecupan itu berulang-ulang. Kumis dan bekas cukuran di janggutku membuatnya geli. Tapi kurasakan tangan Bu Tari perlahan mencengkram erat di kedua jariku dan dia diam saja. Aku makin bernafsu. Ciuman, kecupan dan hisapan bibirku makin menjadi-jadi ke leher dan telinganya. Bu Tari mendesah memejamkan mata. Kepalanya bergerak-gerak mengikuti cumbuanku. Matanya terpejam dan napasnya menggelora. Kucari bibirnya, karena susah maka kuputar tubuhnya menghadapku dan langsung kusambar dengan bibirku. Kupeluk erat Bu Tari.
Dia menggeliat membalas permainan bibirku. Kedua tangannya memegangi bagian belakang kepalaku seolah takut aku melepaskan ciuman bibirku. Kuremas-remas payudaranya dengan tangan kananku. Bu Tari melepaskan ciumannya lalu merintih-rintih dengan kepala terdongak ke belakang seolah memberikan lehernya untukku. Dengan bibirku langsung kuciumi leher itu. Tapi tiba-tiba Bu Tari setengah menghentakan badanku seperti tengah bangun dari mimpi dan shock dia berkata, “Ya Tuhan, Wiinn…, apa yang kita lakukan?”
Bu Tari menjauhiku dan menempelkan kepalanya ke dinding menahan hati. Akupun bisu. Hening. lama sekali. Aku kian gelisah. Aku ingin keadaan itu berakhir. Aku dekati Bu Tari, memeluknya lagi. Kata-kata cinta meluncur begitu saja dari mulutku. Semua itu membuat Bu Tari bingung. Menggeleng-gelengkan kepalanya dan berlari masuk ke kamar menahan tangis.
Beberapa hari sejak kejadian itu Bu Tari tidak menyapaku. Dia selalu berusaha menghindariku. Aku bingung, aku takut dia marah. Aku takut dia menolak cintaku. Aku takut gila, mencintai ibu kost sendiri, istri orang dan perempuan yang jauh lebih tua dariku. Ditolak pula. Aku mulai murung. Tapi itu hanya lebih kurang dua minggu. Hanya sampai pada suatu malam, bulan jatuh dipelukanku saat Bu Tari lembut menyapaku dan tanpa bicara sepatah katapun menciumiku. Sejak dulu juga, jika dibalik ke”nature”annya sesekali kulihat kerling genitnya, adalah bukti bahwa sebenarnya sudah lama aku tak bertepuk sebelah tangan. Tapi Bu Tari takut bicara tentang cinta, bahwa dia sayang, merindukan dan membutuhkanku.
Selanjutnya kami selalu berusaha bersikap wajar di depan seisi rumah maupun tetangga. Satu hal yang pasti bahwa kami bisa dengan bebas saling bercerita tentang apa saja. Termasuk kebiasaanku beronani dengan membayangkan bersetubuh dengannya yang membuatnya tertawa terpingkal-pingkal. Sebaliknya dari Bu Tari aku tahu, bahwa suaminya Pak Bagong itu aneh, di ranjang bertempur tidak pernah menang tapi malah punya simpanan. Untuk mencapai orgasme jika bersetubuh dengan suaminya dia sering membayangkan bersetubuh denganku. Gila. Kami terus mengalir tanpa halangan yang berarti. Maksudku tanpa tindak-tanduk yang dapat menimbulkan kecurigaan orang seisi rumah maupun tetangga.
Sampai suatu hari Pak Falcon tetangga kami yang tinggal 6 rumah dari kami melangsungkan pernikahan anaknya. Seharian itu aku dirundung nafsu dan cemburu. Seperti biasanya jika dilingkungan perumahan itu ada pernikahan maka Pak Bagong dan Bu Tari akan menjadi penerima tamu. Pak Bagong akan berbaju beskap, berjarik, blangkon dan berkeris. Bu Tari akan berkebaya, berjarik dan berselendang dengan rambut konde yang rapi. Bu Tari sendiri tahu bahwa dengan pakaian seperti itulah seringkali aku mengungkapkan kekagumanku atas kecantikan dan seks apple yang ditimbulkannya.
Rasanya aku gelisah terus melihat kesintalan tubuh Bu Tari yang terlilit pakaian adat Jawa yang ketat itu. Jika berjalan pinggulnya bergoyang-goyang mengundang sensasi. Beberapa kali kutebar pandanganku berkeliling, selalu saja kulihat ada mata tamu pria entah muda, entah tua ada yang tengah melirik atau memperhatikannya. Semua itu membuatku pingin marah saja rasanya.
Tetapi sebelum seremoni perkawinan itu usai, tiba-tiba pembantu Bu Tari, yang biasanya aku panggil Mbak Suti datang mengabarkan bahwa barusan dia terima telepon di rumah yang mengabarkan adik Pak Bagong yang tinggal di kota P mengalami kecelakaan lalu lintas. Pak Bagong, Bu Tari, Yon, Mbak Suti dan aku akhirnya pamit pulang duluan pada Pak Falcon.
Sampai dirumah, Pak Bagong dan Ibu Tari menelepon balik ke kota P melakukan konfirmasi berita. Adik Pak Bagong bersama Dorti anaknyalah yang mengalami kecelakaan. Mobilnya tertabrak bis antar kota yang selip. Dua-duanya masuk IGD rumah sakit dan Pak Bagong sebagai anak tertua di keluarganya diminta datang. Teman sekamarku Yon sendiri ingin ikut nengok. Yon naksir berat pada Dorti, pernah menyatakan cinta dua kali. Tapi dua kali pula Dorti menolak. Sementara Ibu Tari sendiri harus tetap tinggal karena besok pagi ada tim BPKP dari Jakarta yang akan datang melakukan audit di kantornya. Ibu Tari key person yang harus ada.
Pak Bagong dan Yon berangkat ke kota P dengan mobilnya dan akan mampir ke rumah Pak Sarmin supirnya dulu untuk diajak berangkat. Aku, Bu Tari dan Mbak Suti ngobrol sebentar membicarakan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada adik Pak Bagong dan anaknya. Sampai Mbak Suti menguap beberapa kali. Selama ngobrol tak pernah mataku lepas dari busungnya dada Bu Tari dengan payudaranya yang montok dan sedikit terlihat. Bu Tari tahu aku selalu memperhatikannya, tapi dia membiarkan saja, bahkan seolah justru senang dan menikmati kekagumanku, birahiku dan kegusaranku.
“Sudahlah sana tidur kalau ngantuk, aku tidak balik lagi kerumah pak Falcon kok Ti, wong hampir selesai kok”
Ucapnya. Bu Tari beranjak pergi katanya mau pipis. Ketika Bu Tari berjalan, pinggulnya yang bergoyang-goyang tak lepas mataku. Begitu padat, begitu bulat.
Mbak Suti langsung pamit tidur. Tinggallah aku di ruang tengah itu, sendiri, melamun. Sekian lama hubungan kami berjalan. Selama ini kami hanya sampai batas berpelukan, berciuman, saling tindih di ranjang dengan napas yang menderu-deru dan berujung orgasme tanpa coitus. Entah berapa kali penisku menekan-nekan dan menggesek-gesek di vaginanya yang basah di celana. Entah berapa kali spermaku membasahi celana dalamku sendiri dan celana dalam Bu Tari. Lantas walaupun penisku belum pernah sekalipun masuk ke vaginanya, kecuali hanya menggesek-gesek dan aku orgasme, masih perjakakah aku?
Langkah Bu Tari terdengar dan terus kupandangi sekujur tubuhnya yang semampai melenggok-lenggok, dari kepala sampai kaki ketika dia berjalan kearahku. Stagen di pinggangnya sudah tak ada hingga perutnya sedikit terlihat. Dadaku berdebar-debar. Berkali kali kutelan ludah.
“Kamu melihat Ibu, kaya Ibu ini apaan sih?”, ucap Bu Tari genit mengibaskan tangan kanan di mukaku.
“Ibu cantik sekali, makin seksi, seksi sekali berkebaya dan Saya terangsang sekali” Ucapku asal saja menunjuk ke penisku.
“Hus. Sekali, sekali. Daripada melamun sini pijitin Ibu”, Ucap Bu Tari duduk membelakakingiku dan menepuk pundaknya.
Aku pijit kedua pundaknya perlahan-lahan. Bu Tari kadang menggeliat keenakan.
Makin lama pijitanku makin turun, ke punggungnya, ke tulang-tulang rusuknya, ke pinggangnya. Tak lama kutarik pundaknya dan kusandarkan punggungnya ke dadaku, kutempelkan pipi kananku ke pipi kirinya. Lalu kupijit kedua pahanya, kuelus-elus dan kuremas-remas sampai ke pinggulnya. Bu Tari memejamkan matanya. Pijitan bercampur elusan kedua tanganku merambat naik dan berhenti di dadanya untuk meremas-remas buah dada yang kurasakan besar dan kenyal itu. Mukaku kugesek-gesekan di rambut dan kondenya, pipinya, dan kukulum-kulum telinganya.
Deru napas Bu Tari mulai tak teratur kadang diselingi desahan halus. Tangan kanannya mencoba meraih kepalaku, kadang mencengkram lembut rambutku. Telapak tangan kirinya digosok-gosokan kepipi kiriku. Remasan tanganku ke buah dadanya makin liar, mukaku meliuk-liuk menciumi apa saja di kepalanya. Kubuka kancing baju kebayanya. Sembulan sepertiga buah dada dari BH-nya indah sekali. Aku makin terangsang. Penisku yang berdiri sejak tadi ingin meledak rasanya. Kutarik baju kebayanya turun ke belakang hingga pundak dan lehernya bebas kuciumi dan jilati. Ibu Tari mengerang nikmat. Kulingkarkan kedua tanganku memeluknya erat-erat. Bibir Bu Tari yang setengah terbuka kusambar dengan bibirku dan kukulum habis. Ujung lidah kami beradu, kutelusuri lidahnya sampai seberapa jauh dapat masuk, ke rongga-rongga mulutnya. Begitu kami bergantian.
Aku dan Bu Tari mulai tak tahan, kurebahkan dia disofa. Kutelusuri tubuhnya, kuciumi dari muka, dada, perut paha, dan betisnya yang masih dibalut kain jarik. Naik lagi dan kutindih Bu Tari. Erangannya makin merangsangku. Kubuka ikat pinggangku.
“Jangan disini sayang. Nanti kalau Suti bangun…” Tiba-tiba ucap Bu Tari tak menyelesaikan kalimatnya. Kami berdiri.
Bu Tari melepas ritsluiting celanaku, memasukan tangannya ke celana dalamku dan meremas-remas penisku yang tegang dengan geregetan.
“Heemm” Ucapnya lalu membimbingku masuk ke kamarnya berjalan mundur dengan memegang dan menarik penisku. Itu membuat kami tertawa.
Pintu kamar dikuncinya cepat-cepat. Kubuka bajuku dan Bu Tari setengah menunduk membuka celanaku lalu mencari penisku. Begitu dapat langsung dimasukan ke mulutnya, dijilati dihisap-hisap, diciumi dan kadang dikocok-kocok dengan tangannya. Yang begini belum pernah dia lakukan. Aliran kenikmatan merambat sampai ubun-ubun kepalaku. Aku memberinya isyarat agar melepaskan penisku. Aku dipuncak nafsu dan ingin memasukan penisku langsung saja ke vaginanya, tapi dia menolak. Badanku rasanya makin bergetar dengan tulang yang mau berlepasan dan syaraf-syaraf di tubuhku rasanya kelojotan nikmat. Bu Tari begitu bernafsu dan nikmat memainkan penisku di mulutnya
Aku tak tahan dan minta rebahan di ranjang. Bu Tari melepas baju kebayanya. Dengan tetap BH masih di dada dan kain jariknya yang belum terlepas, mulutnya langsung mengejar burung pusakaku sampai dua biji telornyapun dia cium, jilat dan hisap. Aku makin bergelinjang, melayang-layang nikmat. Hingga dipuncaknya, aku tak sempat lagi memberitahunya kalau spermaku mau keluar. Hingga akkhh…, crott…, croot…, Crroott. Spermaku muncrat di dalam mulut Bu Tari. Tapi Bu Tari justru malah bernafsu, menelannya dan terus menghisap-hisap penisku sampai bersih, kasat dan ngilu rasanya. Aku terkejut. Bangun terduduk.
“Ibu telan? Apa ibu tidak jijik?”, Tanyaku bodoh.
Ibu Tari menggeleng, justru mukanya cerah, kepuasan terpancar di wajahnya. Aneh pikirku.
“Orang bilang, meminum air mani perjaka akan membuat perempuan awet muda. Lepas betul atau tidak yang terang Ibu sudah mencobanya barusan Sayang” Ucap Bu Tari lalu menciumiku dari muka sampai dadaku, sementara tangan kanannya terus meremas-remas penisku.
“Ayo lagi Sayang, Ibu pingin kamu puas” Ucap Bu Tari mesra. penisku yang tadi terkulai karena sudah keluar sperma dan shock mulai menegang lagi akhirnya. Bu Tari kembali mengulum dan menghisap-isap penisku.
“Kalau Ibu masih pingin, ambil semua sperma Saya” Ucapku, Ibu Tari tersenyum.
Kubuka BH-nya dan kutarik lilitan kain jariknya. Bu Tari berdiri untuk memudahkan melepas kain jariknya. Tubuhnya yang telanjang bulat langsung kuterkam, kurebahkan dan kutindih. Dua payudaranya yang besar itu kuhisap-hisap putingnya bergantian. Tangan kananku menggosok-gosok vaginanya. Kuciumi, kujilati dan kuhisap-hisap semua bagian yang menurut instingku bisa membangkitkan gairahnya. Bibir, lidah, telinga, leher, payudara, perut, pusar, paha, vagina, betis sampai ke jari dan telapak kakinya.
Tubuh Bu Tari bergelinjangan tak karuan dadanya naik-turun kelojotan. Tangan kirinya meremas-meremas payudaranya dan tangan kanannya menggosok-gosok vaginanya sendiri. Konde rambut Bu Tari hampir terlepas. Mulutku naik lagi ke atas menyusuri betis dan paha hingga akhirnya berhenti di vaginanya. Dengan kedua tanganku kusibak pelan bulu vaginanya. Kulihat belahan vaginanya yang memerah berkilat dan bagian dalamnya ada yang berdenyut-denyut. Kuciumi dengan lembut, bau divaginanya membuat sensasi yang aneh. Tak pernah ada bau seperti ini yang pernah kukenal rasanya.
Dengan hidung kugesek-gesek belahan vagina Bu Tari sambil menikmati aroma baunya. Erangan dan gelinjangan tubuhnya terlihat seperti pemandangan yang indah sekaligus menggairahkan.
“Aakhhk…, eekhh…, nikmat sekali sayang. Teruuss sayang”, Rintih Bu Tari.
Kujulurkan lidahku, kujilat sedikit vaginanya, ada rasa asin. Lalu dari bawah sampai atas kujulurkan lidahku menjilati belahan kewanitaannya. Begitu seterusnya naik turun sambil melihat reaksi Bu Tari.
“Akkhh…, Akkhh…, Akkhh…, Engghh” Bu Tari terus merintih nikmat, tangannya mencari tangan kananku, meremas-remas jariku lalu membawanya ke payudaranya.
Aku tahu dia ingin yang meremas payudaranya adalah tanganku. Begitu kulakukan terus, tangan kananku meremas payudaranya, mulutku menjilati dan menghisap-hisap vaginanya, tangan kiriku mengelus-elus pinggang, paha sampai ke betisnya yang putih mulus dan halus itu.
“Akkhh…, sudah Sayang…, sudah…, ayo sekarang Sayang Ibu sudah tak tahan akkhh…, masukan sayang, masukan” Desah Bu Tari mengerang meraih kepalaku agar menghentikan jilatan di vaginanya dan minta disetubuhi.
Tanpa harus mengulangi lagi permintaannya langsung saja aku merangkak naik, menindih tubuh Bu Tari. Bu Tari melebarkan pahanya. Penisku menuju vaginanya. Beberapa kali kucoba, memasukan, beberapa kali pula gagal. Aku tak tahu mana yang pas lubangnya, mana yang hanya belahan vagina. Tapi tangan Bu Tari segera membantu, memegang penisku, membimbing ke depan lubang vaginanya lalu berkata
“Ya itu Sayang…, disitu…, tekan Sayang tekan…, disitu…, aakkhh…, ayo Sayang…, Ibu tak tahan…, oo.., akkhh” Ibu Tari merintih ketika penisku yang kutekan masuk seluruhnya ke lubang vaginanya.
Sejenak tubuhku kaku, aku diam saja, aku nervous. Batang penisku rasanya terjepit oleh dinding vagina Bu Tari yang seperti berdenyut-denyut dan menghisap-hisap. Nikmat luar biasa. Ini yang pertama.
Bu Tari menggoyang-goyangkan pinggulnya, setengah berputar-putar dan kadang naik turun. Penisku yang tertancap di vaginanya yang setengah becek dibuat seperti mainan yang membuatnya nikmat tak karuan.
“Ayo Sayang…, ayo…, bareng-bareng Sayang… Ibu mau keluar Sayang…, ayo…, ayo..” Rintih Bu Tari dengan mata setengah terpejam dan mulutnya yang terus terbuka mendesah-desah dan kian kuat menggoyang-goyangkan pinggulnya.
Akupun terus mengimbanginya sampai tiba-tiba Bu Tari seperti terdiam dan kedua tangannya merangkul leherku kuat-kuat dan dari mulutnya keluar desahan panjang.
“Aakkhh…, Oukhh…, Engkhh…”, Bersamaan dengan rintih kepuasannya, denyutan dan hisapan vagina Bu Tari makin kuat dan nikmat rasanya.
Akupun sudah tak tahan lagi dan ingin agar spermaku segera keluar. Karenanya kunaik-turunkan penisku, kuputar-putar dan kunaik-turunkan terus hingga akhirnya croott…, croott…, crroot. “Akhh…” Bersamaan dengan muncratnya spermaku di vaginanya, kembali Bu Tari mendesah nikmat. Napasku memburu, aku lemas sekali rasanya. Sementara Bu Tari tetap menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan pelan dan tangannya mengelus-elus rambutku.
Beberapa saat kubiarkan tubuhku menindih tubuh bugil Bu Tari tanpa tangan atau dengkulku menahan beban badanku. Penisku tetap menancap di vaginanya. Ketika ingin kucabut Bu Tari melarangnya.
“Jangan sayang, jangan dicabut dulu, biarkan ibu memiliki dan menikmatinya, peluk…, peluk…, tetap tindihlah Ibu sayang. Ibu puas, Kamu puas sayang hemm?.., nikmat sayang?..” Ucap Bu Tari sambil terus menciumiku.
Malam itu kami habiskan tidur sambil berpelukan di ranjang yang biasa Ibu Tari tidur dan bersetubuh dengan suaminya. Tapi sejak malam itu dan disetiap kesempatan yang ada kusetubuhi pula Bu Tari di ranjang yang sama. Aku tak perlu lagi hanya beronani dengan membayangkan bersetubuh dengannya, begitupula Bu Tari tak perlu lagi hanya sekedar membayangkan bersetubuh denganku jika ia melayani suaminya.
Kami baru bersetubuh di hotel jika salah satu dari kami sudah tak tahan lagi sementara kesempatan di rumah tak ada. Atau ketika obsesiku kumat untuk bersetubuh dengan Bu Tari dalam pakaian kebaya, kain jarik dan berkonde. Ini terkadang aneh, berlama-lama Bu Tari ke salon rias, begitu selesai langsung ke Hotel dan kuacak-acak sampai berantakan. (Aneh ya?!).
Sering pula jika keadaan memungkinkan, Bu Tari suka menyelinap ke kamarku untuk “fast sex”. Seks cepat dengan tetap masih berpakaian. Tandanya, Bu Tari masuk ke kamarku sudah tanpa celana dalam dan dipuncak nafsu. Ini sering terjadi jika Bu Tari sedang butuh tapi Pak Bagong tak acuh terus tidur.
Tentang vagina Bu Tari, mungkin itu yang disebut vagina empot ayam. Vagina yang tak pernah kutemui pada semua perempuan (adik-adik, Mbak-Mbak, tante-tante dan ibu-ibu rumah tangga yang muda maupun tua) yang pernah kutiduri, sampai hari ini sekalipun diumurku yang 37 tahun
Share,Cerita Sex,Cerita Dewasa,Cerita Sex Terbaru,Cerita Sex Dewasa,Foto Bugil,Foto Hot Tante,Cerita Terbaru 2016.

PartySeks

Cerita Sex Dewasa Pesta Sex
Cerita Sex Dewasa | Memang dulu aku pernah menjadi bintang kelas sewaktu SMP maka dari itu banyak wanita yang naksir
denganku, diantara wanita wanita lain Bertha yang aku akan ceritakan di bawah ini.
Cerita Sex Dewasa Pesta Sex
Perkenalkan namaku Hafiz saat ini aku bekerja di perusahaan swasta di Jakarta dan aku termasuk
eksekutif muda, kemarin aku ada meeting di Surabaya aku ingat bulan ini si Bertha ulangtahun. Secara
singkat dia mempunyai body yang montok dia tingginya 171 cm.
Habis meeting aku mencoba menelpon Bertha dia mengundang untuk bermain kerumahnya, langsung saja aku
cabut kerumahnya sesampainya dirumahnya banyak mobil yang parkir dan disitu sudah ramai sama teman
temannya, termasuk Danela.
Acara pesta tersebut berlangsung sampai jam 9 malam. Di pesta tersebut Bertha cerita kepadaku kalau
minggu depan dia mau menikah terus Danela minggu depannya lagi, lalu Bertha cerita masa-masa dia
naksir aku terus sampai sekarang dia masih kangen berat. Maklumlah sudah 2 tahunan nggak jumpa.
Kebetulan waktu itu komputer dia lagi ngadat. Nah kesempatan buatku untuk tinggal lebih lama. Langsung
saja kucoba membetulkan PC-nya. Sementara di rumahnya tinggal Danela saja yang belum pulang dan orang
tuanya juga nggak ada.
Pas sedang asyik mengutak-atik PC-nya, dia menungguku di sampingku dengan sekali-sekali melirikku, aku
sendiri masih hati-hati mau menembak dia. Eh nggak tahunya si Danela main serobot saja.
Dari belakang Danela langsung memelukku dan meng-kiss pipiku (Danela nggak beda jauh sama Bertha,
bedanya mata Bertha kebiru-biruan sedikit dan lebih hitam dari Danela). Punggungku terasa ada benda
kental yang bikin aku naik.
Habis itu Danela membisikan kalau dia masih kepingin denganku, terus aku responin juga kalau aku
kangen juga, terus kulumat saja bibirnya yang mungil kemerah-merahan itu.
Danela langsung balas dengan penuh nafsu dan tetap memelukku Dari belakang tapi tangannya sudah
langsung menggerayangi penisku, dalam hati ini anak kepingin di embat nich. Aku lihat Bertha
disampingku bengong saja dan cemberut merasa kalah duluan.
Terus Bertha pergi sebentar, aku masa bodoh saja, kutarik si Danela ke pangkuanku dan bibirnya masih
kulumat habis. Gila! nafsunya besar sekali! Setelah itu kualihkan Dari bibir, kukecup terus ke bawah
sambil tanganku meraba buah dadanya yang besar dan kenyal.
Pas kukecup di belahan buah dadanya, Danela berteriak,
“Sstt…aahh..”
Dan semakin kencang remasan tangannya yang sudah masuk ke CD-ku, kubuka saja bajunya terus branya
sekalian. Kelihatan buah dadanya menggantung siap diremas habis. Dengan gemasnya kulumat habis buah
dadanya sampai dia menggelinjang keenakan,
“sstt…sstt…aahh…”
Iklan Sponsor :
Setelah itu tanganku pindah ke CD-nya yang sudah basah, langsung saja kulepas roknya.
Dia pun kelihatan bugil tapi masih pakai CD.
Terus Bertha datang dengan membisikanku bahwa kalau mau meneruskan di dalam kamarnya saja.
“Sambung di kamar aja yuk…”
Tanpa pikir lama-lama, langsung saja kugendong Danela sambil buah dadanya terus kuhisap ke dalam kamar
Bertha.
Terus aku telentangi Danela di tempat tidur Bertha, aku lihat Danela sudah pasrah menantang, langsung
saja kubuka CD-nya, ehh ternyata bulu Danela rapi dan kecil-kecil, langsung saja kulepas celanaku sama
CD-ku sampai aku bugil ria.Cerita Sex Dewasa
“Wow…”, Terdengar teriakan Bertha kaget melihat penisku sepanjang 22 cm dan gede banget katanya
sambil ngeloyor pergi meninggalkanku dan Danela.
Aku tidak peduli lagi sama dia, langsung saja penisku aku arahkan ke vagina Danela, uhh seret banget,
dan kulihat Danela menggigit bibirnya dan berteriak,
“Aakkhh…eegghh…”
Kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan sambil tangannya meremas seprei. Rupanya dia masih Virgin
sehingga seret sekali memasukannya. Baru kepalanya saja Danela sudah teriak.
Iklan Sponsor :
Aku tahan sebentar, terus tiba-tiba langsung saja kusodok lebih keras, Danela langsung saja teriak
kencang sekali. Masa bodoh, aku teruskan saja sodokanku sampai mentok. Rasanya nikmat banget, penisku
seperti diremas-remas dan hangat-hangat basah.
Sambil menarik napas, kulihat kalau Danela sudah agak tenang lagi, tapi rupanya dia meringis menahan
sakit, kebesaran barangkali yach? Setelah itu aku tarik penisku pelan-pelan dan kelihatan sekali
vagina Danela ikut ketarik terus kepalanya geleng-geleng ke kiri dan ke kanan sama matanya terpejam-
pejam keenakan sambil teriak.
“Sstt…aahh…sshh…egghh…”
Sampai penisku tinggal kepalanya saja, langsung saja aku sodok lagi ke vaginanya sekeras-kerasnya,
“Bleesshh…”
Danela berteriak, “aahh….” Kira-kira 5 menitan vagina Danela terasa seret.
Setelah itu vaginanya baru terasa licin hingga semakin nikmat buat disodok, semakin lama sodokanku
semakin kupercepat sampai Danela kelihatan cuma bisa menahan saja. Rupanya Danela kurang agresif.
Terus kusuruh Danela menggerakan pantatnya ke kiri dan ke kanan sambil mengikuti gerakanku. Baru
beberapa menit Danela sudah teriak nggak karuan, rupanya dia mau orgasme.Cerita Sex Dewasa
Makin kupercepat gerakanku, akhirnya Danela berteriak kencang sekali sembari memelukku kencang-
kencang, lama sekali Danela memelukku sampai akhirnya dia telentang lagi kecapaian tapi penisku masih
menancap di vaginanya.
Sekilas kulihat kalau Bertha melihatku sambil menggigit jarinya, terus Bertha mendekati kami berdua
kemudian bertanya,
“Bagaimana tadi?” Aku senyum saja sambil penisku masih kutancapkan di vagina Danela, terus Bertha
duduk di tepi ranjang dan ngobrol kepadaku.
Aku iseng, kupegang tangan Bertha terus aku remas-remas. Tapi dia tetap diam saja. Setelah itu kutarik
dia lalu kucium bibirnya yang ranum dan tubuhnya kutelentangi di atas perut Danela tapi penisku masih
tetap menancap di vagina Danela, tidak ketinggalan kuremas-remas buah dada Bertha sambil matanya
terpejam menikmati lumatan bibirku dan remasan tanganku.
Sementara si Danela mencabut penisku lalu pergi ke kamar kecil dan jalannya sempoyongan seperti
vaginanya ada yang mengganjal. Terus kubuka saja baju Bertha sementara tangannya sudah merangkul
tengkukku. Setelah itu kujilati saja buah dadanya sambil sekali-kali kuhisap sampai dia menggelinjang
kegelian.
Terus kuraba CD-nya. Rupanya sudah basah, nggak ambil peduli langsung saja kulepas seluruh celananya
sampai Bertha benar-benar bugil. Terus aku suruh Bertha pegang penisku sampai muka dia kelihatan
kemerahan. Rupanya dia belum pernah merasakan begituan.
Setelah itu aku perbaiki posisinya biar nikmat buat menyodok vaginanya. Kemudian Bertha bertanya kalau
dia mau diapakan.
Aku suruh Bertha pegang penisku lalu kugesek kevaginanya. Dia tercengang mendengar kataku, tapi dia
tetap melakukan juga. Sambil matanya terpejam, Bertha mulai menggesek penisku kevaginanya, pas
menyentuh vaginanya, dia kelihatan nyegir sambil mendesah-desah,
“Aahh…”,
sementara aku sibuk meremas-remas sambil menjilati buah dadanya yang semakin lama semakin mengeras dan
kelihatan puting buah dadanya semakin munjung keatas.
Pelan-pelan kudorong pantatku sampai penisku menempel lebih kencang di mulut vaginanya. Bertha diam
saja malah semakin keras rintihannya, eh nggak tahunya Danela tiba-tiba saja mendorong pantatku
sekeras-kerasnya secara langsung penisku kedorong masuk kedalam vagina Bertha sedangkan Bertha
menjerit keras,
“aakkh sakit Hafiz, apa-apaan kamu”,
sambil badan Bertha menggeliat-geliat kesakitan sementara tangannya menahan pinggulku.
“Tenang Bertha kalau sakitnya hanya sebentar saja kok..”, kata Vivin menenangkan Bertha,
terus Danela malah mendorong lebih keras lagi sambil menarik tangan Bertha biar tidak menahan gerakan
pinggulku. Bertha kelihatan menahan sakit sambil menggigit bibirnya. Sampai akhirnya masuk semua
penisku.
Bertha kelihatan mulai mengatur nafasnya yang tersengal-sengal selama menahan tadi. Aku biarkan dulu
beberapa menit sambil mencumbu Bertha biar dia tambah naik sementara Danela yang masih bugil tadi
melihat saja di samping tempat tidur sambil tertawa centil.
Tidak lama Bertha sudah mulai dapat naik lagi, malah semakin menggebu saja. Mulai kutarik penisku
pelan-pelan terus kusodok lalu masuk agak kencangan sedikit, seret sekali.
Tiba-tiba bell pintu berbunyi lalu Danela mengintip lewat jendela kamar lalu pakai bajunya yang
panjang sampai lutut terus Danela ngeloyor pergi sambil ngomong,
“Nyantai saja, terusin biar aku yang nemuin’,
tahu gitu aku teruskan saja kegiatanku yang sempat terhenti, aku lihat Bertha masih nyengir sambil
kepalanya geleng kekiri dan kekanan terus pinggulnya digerakan pula mengikuti irama gerakanku. Rupanya
vaginanya cepat basah dan mampu menelan penisku sampai penuh.
Sementara tanganku sibuk meremas buah dada Bertha, aku terus menggenjotnya semakin cepat sampai dia
mendesah-desah lebih keras terus tangannya meraba-raba punggungku lalu tiba-tiba kakinya dilipat ke
atas pantatku sambil memelukku dan berteriak
“aagghh…”, kencang sekali hingga gerakanku tertahan dan terasa ada cairan hangat keluar dari
vaginanya hingga menambah rasa nikmat.
Rupanya dia orgasme beruntun, setelah pelukan dia mulai kendor. Aku teruskan lagi genjotanku pelan-
pelan sambil mulai mencumbu dia biar naik lagi. ceritasexdewasa.org Tidak lama dia sudah naik lagi terus aku ambil posisi
lebih tegak sambil tanganku pegang pinggulnya dan tangannya memuntir-muntir putingku sambil tersenyum
manis.
Makin lama gerakanku semakin kupercepat sodokanku, waktu kudorong ke vaginanya aku keras-kerasi lalu
kulihat Bertha sudah mulai memejamkan matanya dan kepalanya geleng-geleng ke kiri dan ke kanan
mengikuti irama genjotanku.
Aku sendiri rupanya sudah mau orgasme, maka aku genjot lebih kencang lagi sampai vaginanya bunyi
kencang banget, nggak lama aku mau keluar kutarik penisku biar ejakulasi di luar.
Dia malah menahan pantatku biar nggak ditarik ke luar langsung saja kudorong lagi sembari kupeluk dia
erat-erat sambil teriak,
“Aargghh.. eegghh..”,
kemudian Bertha juga teriak lama sekali, aku ejakulasi di dalam vagina Bertha sampai Bertha gelagapan
nggak bisa napas, kira-kira semenitan aku dekap Bertha erat-erat sampai aku kehabisan tenaga, terus
kucabut penisku dan kelihatan maniku sampai keluar dari vaginanya bareng darah perawannya yang sobek
karena kerasnya serobotan penisku dibantu dorongan Danela yang keras dan tiba-tiba tadi.
Sementara itu Danela kedengarannya ngobrol sama seorang cewek, rupanya teman Bertha itu ketinggalan
dompet terus kebetulan Danela juga kenal sama dia, nggak lama kemudian Danela masuk ke kamar terus
menanyakan aku,
“Mau kenalan nggak sama temanku?”
“Masa aku bugil begini mau dikenalin'”, jawabku.
“Cuek saja, lagian tadi aku sama dia sudah ngintip lu waktu sama Bertha tadi”, jawab Vivin santai.
Aku bengong saja, terus Danela membisikan sesuatu ke Bertha terus Bertha mengangguk sambil tertawa
cekikikan terus Bertha membisikan kepadaku supaya aku nanti menurut saja, katanya asyik sich.
Lalu Danela dan Bertha yang cuma pakai selimut menemui temannya tadi terus diajak masuk sebentar ke
kamar Bertha sambil matanya ditutup pakai T-shirt Danela. Setelah itu Danela kasih isyarat ke aku biar
diam saja sambil menuntun Christ (nama temannya tadi) supaya rebahan dulu di tempat tidur.
Tentu saja Christ bertanya kalau ada apa ini. Lalu Danela bilang kalau entar pasti nikmat dan nikmati
saja.Cerita Sex Dewasa
Christ mengangguk saja lalu Danela menyuruh Bertha pegang tangan Christ yang diangkat di atas
kepalanya dan Danela meraba-raba sekujur badan Christ di dalam bajunya, tentu saja Christ teriak
kegelian sampai akhirnya mendesah-desah keasyikan.
lalu Danela pindah posisi dari duduk di atas paha Christ beralih ke samping sambil kasih kode ke aku
biar aku duduk menggantikan dia sambil tangan Danela dimasukan ke dalam bra punya Christ, aku menurut
saja sambil mulai mengikuti Danela meraba-raba tubuh seksi Christ, sementara Christ kaget dan mulai
meronta-ronta nggak mau diteruskan.
Aku yang sudah tanggung begitu langsung saja turun lalu menarik kaki Christ supaya posisi pantatnya
pas di sudut tempat tidur kelihatan Bertha mengikuti dan tetap memegang tangan Christ yang sudah mulai
meronta dan berteriak-teriak
“Jangan…”,
lalu Danela menutup mulut Christ dan melumat bibirnya sembari kasih kode ke aku biar diteruskan saja,
langsung kubuka ritsluiting celananya dan kelihatan pahanya yang putih dan bentuk kakinya yang seksi
membuat aku cepat naik, waktu aku mau peloroti CD-nya, Christ malah meronta-ronta sambil kakinya
menendang-nendang hingga aku kesulitan.
Aku jepit kakinya dengan pahaku lalu CD-nya aku tarik paksa sampai di bawah lututnya terus aku berdiri
sedikit buat melepas CD-nya tadi habis itu aku kangkangi pahanya sembari aku arahkan penisku yang
sudah tegang berat ke vagina Christ yang ada di sudut tempat tidur itu.
Setelah kepala penisku menyentuh mulut vaginanya, aku pegangi pinggulnya biar Christ agak diam nggak
meronta-ronta supaya aku bisa menyodok dengan mantap, gerakan pinggul Christ sudah dapat aku tahan
lalu aku cepat-cepat menyodok penisku sekeras-kerasnya ke vaginanya.
Sesaat kelihatan gerakan Christ yang berontak tertahan selama aku dorong masuk penisku tadi sampai
mentok, seret banget dan masih agak licin, aku lihat Danela masih melumat bibir Christ sementara
Bertha melihat penisku yang sudah menancap 3/4 saja di vagina Christ tadi.
Setelah aku diamkan beberapa saat, aku tarik lagi penisku lalu kudorong masuk lagi sementara Christ
kembali meronta-ronta menambah nikmatnya goyangan liarnya, lama-lama Christ mulai melemah rontanya dan
mulai kedengaran desahan Christ, nggak tahunya Danela sudah nggak melumat bibirnya tadi.
Mendengar desahan dan rintihannya itu bikin aku semakin ganas, tanganku mulai meraba ke atas dibalik
T-shirtnya sampai menyentuh buah dadanya yang masih terbungkus bra.
Lalu aku singkap bajunya ke atas terus Danela membantu membukakan bra Christ tadi sementara Bertha
sudah melepaskan pegangan tangannya dan Bertha mengambil guling lalu memeluk guling itu sambil
menggigit bibirnya sambil terus melihatku yang lagi ngerjain Christ dengan ganas.
Baca Juga Cerita Seks Ibu Sekdes
Lalu Danela ke kamar mandi sementara aku semakin percepat gerakanku yang semakin keras sambil
kuremas-remas dan kujilati puting buah dadanya yang sudah merah merona serta desahan dan rintihan
Christ yang menambah nafsuku.
Rupanya rontaan Christ yang liar membuatku semakin cepat keluar, baru 5 menitan aku sudah nggak tahan
lagi, aku dorong keras-keras sambil kupeluk Christ sekencang-kencangnya sampai Christ nggak bisa nafas
tapi masih tetap menggoyang pinggulnya.
Aku ejakulasi 30 detik lamanya kemudian Christ gantian mendekapku sambil menggigit telingaku sembari
melenguh menahan kenikmatan yang baru dia rasakan, sementara penisku yang masih di dalam vagina Christ
terasa hangat karena cairan yang keluar dari vaginanya tadi.
Christ orgasme sampai 15 detik lalu aku terkulai lemas di samping tubuh Christ lalu Danela kembali ke
tempat tidur lagi dan kami berempat pun terdiam tanpa ada yang berbicara sampai tertidur semuanya.- Cerita Sex, Cerita Sex Dewasa, Cerita Bokep, Cerita Seks, Cerita Panas Indonesia, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Hot, Cerita Porno, Kisah Seks, Kisah Sex.

Kamis, 21 April 2016

Bonus Referral 10%


Bonus Referral 10%

355win.Com akan memberikan bonus 10% bagi member-member lama yang mengajak temannya, untuk bergabung dengan bandar taruhan online 355win.Com
1.Minimal deposit teman yang diajak Rp.500.000 [Lima ratus ribu rupiah].
2.Maksimal bonus yang diberikan sebesar Rp.2.000.000 [dua juta rupiah].
3.Promo bonus ini hanya berlaku untuk deposit pertama teman yang di ajak.
4.Promo bonus ini tidak berlaku jika terdapat kecurangan [bet kanan/kiri,atas/bawah] dalam 1 partai yang sama.
5.Promo bonus tidak berlaku jika terdapat persamaan data nomor dan nama rekening bank,data nomor ponsel,IP address,dsb.
6.Promo bonus diberikan jika teman yang diajak sudah mencapai 4x TURNOVER dari jumlah deposit awal atau lose.
7.Promo ini bisa berubah tanpa pemberitahuan terlebih dahulu,untuk keterangan lainnya, member di sarankan menghubungi Operator 355win.Com [online 24jam x 7 hari]

Bonus sportsbook 30%


Promo Sportsbook 30%
  • Bonus ini hanya berlaku bagi MEMBER BARU yang bermain SPORTSBOOK/ PERTANDINGAN OLAH RAGA
  • Minimum Deposit Rp 500.000 dengan Maksimal Bonus Rp 2.000.000.
  • Bonus akan diberikan pada saat Deposit pertama kami terima.
Misalkan :
Deposit Rp 2.000.000, maka bonus yang didapat adalah Rp 600.000, maka kredit yang akan diterima di dalam Akun adalah Rp 2.600.000
Bonus yang sudah diberikan tidak dapat ditarik kembali.
Withdarawal TIDAK dapat dilakukan sebelum mencapai Target tersebut.
Misalkan:
Deposit Rp 500.000,
Bonus yang didapat adalah Rp 150.000
Maka Syarat Withdrawal adalah TURN OVER = 8X (Rp 500.000 + Rp 150.000) = Rp 5.200.000
  • Maksimal BET yang dapat dilakukan adalah sebesar Deposit yang dilakukan oleh Customer.
  • Yang TIDAK terhitung sebagai TURN OVER adalah Mix Parlay, Safe Bet, Taruhan di pertandingan yang sama ( hanya taruhan yang pertama yang dihitung), Virtual Sport, Casino, Live Casino, Poker, Bingo, Number Game, Racing, Keno dan permainan-permainan lainnya yang tidak termasuk dalam Pertandingan Olah Raga.

NB :Jika kedapatan bermain curang atau tindak kecurangan Seperti: bet kanan kiri dsb maka deposit anda & credit anda cashback dan promo semua akan hangus

CASHBACK MINGGUAN 10% KHUSUS SPORTSBOOK & CASINO


 CASHBACK MINGGUAN 10% KHUSUS SPORTSBOOK & CASINO

CASHBACK MINGGUAN 10% KHUSUS SPORTSBOOK & CASINO
Syarat dan Ketentuan :
CASHBACK MINGGUAN 5%
1.Minimum Kalah/Lose adalah Rp 500.000
2.Total kekalahan akan dihitung setiap minggunya, mulai hari Senin- Minggu dan Cashback akan dikreditkan secara otomatis setiap hari Senin

CASHBACK MINGGUAN 10%
1.Minimum Kalah/Lose adalah Rp 6.000.000
2.Total kekalahan akan dihitung setiap minggunya, mulai hari Senin- Minggu dan Cashback akan dikreditkan secara otomatis setiap hari Senin

NB :Jika kedapatan bermain curang atau tindak kecurangan Seperti: bet kanan kiri dsb maka deposit anda & credit anda cashback dan promo semua akan hangus

Mengintip Sepasang Muda Mudi Mesum di Kamar Sebelah

Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru - Setelah sebelumnya ada cerita seks bergambar Pembantu Yang Selalu Ingin Merasakan Kenikmatan Ngentot, kini ada cerita dewasa terbaru Mengintip Sepasang Muda Mudi Mesum di Kamar Sebelah, selamat membaca. 
Mengintip Sepasang Muda Mudi Mesum di Kamar Sebelah
Mengintip Sepasang Muda Mudi Mesum di Kamar Sebelah

Mendung masih menggayut di luar sana, saat kualihkan pandangan dari mikroskop keluar menembus jendela kaca besar yang tertutup dengan rapat dan gedung-gedung tinggi di kejauhan tampak samar-samar. Mungkin sudah turun hujan di daerah sana. Masih terasa dingin juga, walaupun di luar belum turun hujan. Jam dinding di depan sana baru menunjukkan pukul 13:45, berarti masih ada sekitar 15 menit lagi sebelum jam praktikum ini selesai. Seluruh slide preparat sudah kupelajari dan rasanya tidak ada masalah. Seluruh jenis kuman yang ada sudah kukenal. Hanya memang ada 1 preparat yang mungkin sudah tua sehingga agak sulit untuk dilihat, namun akhirnya dapat juga, walaupun membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk mencarinya.

Tiba-tiba timbul rasa isengku untuk minta bantuan Caroline melihat preparat itu, soalnya pikiranku juga lagi suntuk, sekalian ingin memantapkan keyakinanku.
"Carol, bantu gue dong. Ini preparat apaan sih? Gue susah nih ngeliatnya," begitu pintaku pada doi.
Caroline nama lengkapnya. Biasanya kupanggil Carol saja. Doi ini anak Surabaya asli. Tubuhnya lumayan besar tetapi cukup proporsional menurutku. Tinggi badannya sekitar 170 cm. Sangat tinggi untuk cewek Indonesia dan yang pasti doi ini punya buah dada yang sangat besar menurutku, seperti buah kelapa mendekati pepaya. Nah, bingung kan anda membayangkannya? Otak doi cukup lumayan berdasarkan pengamatan 2 tahun ini terhadapnya, soalnya dari angka-angka yang diumumkan pada tiap kali kami ujian, doi berada di ranking atas kalau tidak A, ya B.

Oh ya, sistem ujian kami adalah kenaikan tingkat, jadi tidak ada yang namanya SKS. Pokoknya pegang saja mata kuliah pokok dan lulus, maka kami dapat naik tingkat. Asal yang minornya tidak jeblok banget. Terus ada enaknya lagi kalau sudah lulus tingkat 2 pasti jadi, maksudnya jadi dokter. Tidak ada lagi DO (drop out). Mau kuliah 10 tahun, lima belas tahun atau sampai bosan. Tetapi sekarang sudah diganti kurikulumnya menjadi sistem SKS yang membuat semakin susah kali ya?

"Apaan sich... sini!" pinta doi menanggapi permintaanku.
Terus doi putar mikroskopku ke arahnya, soalnya doi duduknya di depanku, jadi kalau doi mau membantuku tinggal putar badan terus berhadapan. Hanya terhalang oleh ujung meja yang sedikit dibuat tinggi untuk meletakkan stop kontak dan reagen pewarnaan saja. Jadi doi membantuku memperlihatkan mikroskop itu sambil nungging.

"Busyet...," tuch toket sekarang pas sekali bisa kulihat dari atas bajunya, soalnya doi memakai baju yang agak longgar terus nungging, jadi bisa terlihat dari ketinggian dengan leluasa. Tetapi kuperhatikan tidak ada bra-nya, terus turun ke bawah tetap tidak kelihatan ada bra-nya. Tetapi pentil susunya juga tidak keliatan. Membuat penasaran saja. Kalau bisa kuremas mau aku melakukannya, apalagi kalau diberikan gratis, betul tidak? Jadi semakin penasaran. Doi ini memakai bra, apa tidak ya? Tetapi kulihat samping kanan dan kirinya juga tidak terlihat ada tali bra-nya. Anehnya, kalau doi tidak pakai, masa doi berani? pikirku. Otak memang mikir tetapi adikku yang di bawah tidak mikir lagi kali ya? Soalnya langsung kencang saja minta perhatian yang lebih. Eh, lama-lama sakit juga. Salah setel kali ya? Jadi ya gitu, dengan gaya seadanya tetapi tanpa menarik perhatian publik tentunya, kukemudikan dulu ke jalur yang benar sehingga tidak mengganggu konsentrasi.

Kira-kira 7-8 menit, akhirnya, "Fran, ini kayanya BTA? Tapi gue ngga yakin betul, eloe liat deh nih, gue udah passin," begitu lapor doi.
Dalam hati aku, "Memang betul BTA," jadi ternyata benar keyakinanku. Apalagi dari 32 preparat yang ada memang kuman itu yang tidak ada di sediaan lainnya. Tetapi untuk menghormati doi, sekaligus menutup rasa dosaku, sudah melihat pemandangan indah dengan gratis, kemudian aku bangun dan memutari meja untuk melihat hasil pemeriksaan yang ditunjukkan oleh doi. Benar, seperti dugaanku. Ya sudah. Tidak lama terus bel bunyi. Kemudian, aku dan teman-teman lainnya mulai membereskan peralatannya dan memasukkannya ke lemari masing-masing, sebab baru dipertanggungjawabkan nanti di akhir semester untuk serah terima ke dosen pengajar labnya. Tidak lama kemudian kami keluar ruangan lab praktikum.

Eh, ketika aku sudah di dalam lift untuk turun ke bawah. Sandro, temanku menegurku.
"Fran, jadi ngga?" tanya Sandro. Bertanya apa memaksa, aku jadi bingung.
"Jadi Dro," seruku setelah sempat termenung sejenak.
"Tolong bilangin ke temen-temen," lanjutku kemudian sebelum pintu lift itu tertutup dan masih sempat kulihat Sandro mengacungkan ibu jarinya ke atas yang berarti dia mengerti dan menangkap pesanku.

Sampai di bawah, wuiiih ramai sekali. Semua anak-anak berkumpul. Biasa, jam-jam seperti ini anak FE, FIA dan FH baru saja mau masuk kuliah. Biasanya anak FKIP, khususnya yang Psikologi lebih sore lagi. Gedung FK ini tepat di tengah-tengah, jadi anak-anak dari Fakultas lain suka berkumpul di bawah, mereka sedang duduk-duduk. Setelah memesan makanan kesukaanku, yaitu satekambing untuk mengisi perut yang hanya sempat diisi pagi tadi dengan semangkok soto Madura, kucari tempat duduk dan kulihat ada Sandra sedang makan sendirian.

"San, kosong nich?" tanyaku padanya seraya duduk persis di depannya.
Sebenarnya meja ini cukup untuk berempat, tetapi doi hanya sendirian.
"He eh," jawabnya singkat dan cukup judes menurut ukuranku.
Anak itu boleh dibilang cantik. Tidak terlalu tinggi, sekitar 165 cm dengan tubuh sedang ideal. Kulitnya putih dengan rambut yang selalu dipotong sebahu. Sifatnya cukup pendiam, kalau bicara tenang, seakan memberikan kesan sabar, tetapi yang sering dibicarakan teman-teman adalah judesnya itu yang membuatku juga kadang-kadang tidak betah. Untungnya, aku tipe orang yang easy going, jadi jarang dimasukkan ke hati. Percuma buat kepala pusing. Tetapi yang aku harus angkat topi sama doi, otaknya, sangat encer. Sebetulnya doi masih muda, tetapi katanya waktu SD sempat loncat kelas, jadi saat ini doi masih berusia 17 tahun. Bayangkan, umur 17 tahun sudah tingkat II FK. Aje gileee!

"Kok manyun San?" tanyaku basa-basi sedikit sebelum mulai makan, sebab kulihat juga raut wajah doi agak sepet.
"Ngapain tadi eloe tanya-tanya ke Carol, apa eloe sendiri ngga bisa liat?" tanyanya ketus sekali.
Kaget juga aku, aku di ketusin seperti ini. Tetapi memang benar feelingku, anak ini rasanya agak menaruh hati padaku. Tetapi bagaimana ya? Masalahnya aku belum ingin, paling tidak untuk saat ini. Masalahnya konsentrasiku saat ini adalah ingin jadi dokter dulu. Apalagi aku masih ingin happy-happy saja dulu. Jadi aku tidak tanggapin serius pertanyaan doi.
Tetapi kujawab, "Oh.... bener San, soalnya tuh preparat udah lama kali yah, jadi kaga bagus lagi dan susah bener ngeliatnya. Tapi udah gue tandain kok. Pokoknya ada bunderan kecil di kanan bawah pake tinta hitam, itu adalah BTA (Basil Tahan Asam, biangnya penyakit TBC). Ingat lho di kanan bawah ada bunderan kecilnya. Terus..." Belum sempat kujelaskan semua, tiba-tiba ada yang menepuk pundakku dan bilang, "Jam berapa?"

"Eh... eloe Ky, bentar yah, abis gue makan nih," jawabku dengan penuh rasa syukur karena jadi sekarang kami tidak berdua saja dengan Sandra. Minimal ada pihak ketiga.
"Ngga... ngga... ngga..," tiba-tiba Sandra nyeletuk dengan nada tinggi dan cukup keras mengatasi kebisingan yang ada di kantin ini, saat Ricky hendak duduk di sampingku.
"San, sebentar...," pinta Ricky sejurus kemudian, karena doi juga terkejut dengan ucapan Sandra yang demikian tajam dengan nada tinggi.
"Ngga... ngga... eloe ngerokok," sahutnya ketus.
Ricky memandangku meminta persetujuan, tetapi aku sedang malas berdebat, jadi aku hanya angkat bahu dan melanjutkan makan siangku secepatnya, biar tidak terlalu lama.

Selesai makan, aku cepat-cepat pergi. Peduli amat, walaupun Sandra sepertinya masih sangat kesal, doi pikir aku tolol sekali ya. Tetapi tidak peduli, yang penting aku selamat. Betul, tidak? Di lapangan basket tempat biasa geng aku berkumpul, sudah kulihat cukup lengkap juga anggotanya. Siang hari yang mendung ini masih sempat kulihat si Paul melakukan lay-up terakhirnya sebelum kuberteriak untuk berangkat.

Kami berenam, Sandro, Ricky, Paul, Hengky, Mardi yang sudah punya kerja sambilan. Saat ini kami menuju tempat kostnya Mardi dan terus ke kostku sendiri. Kami berjalan menyusuri gang-gang sempit di sekitar kampus ini. Kemudian, tidak lama kami sampai dan langsung naik ke atas, kamarnya Mardi ada di lantai dua. Di atas sini, seluruhnya ada 12 kamar. Maksudnya, 6-6 saling berhadapan. Umumnya satu kamar untuk berdua, tetapi Mardi mengambil 1 kamar untuk dia sendiri. Katanya dia tidak bisa belajar serius kalau ada teman sekamar, apalagi kalau dari lain jurusan, begitu alasannya. Bener apa tidak, silakan perkirakan sendiri. Sebelum masuk ke kamar Mardi, aku masih sempat memperhatikan kamar di sebelah Mardi. Masih gelap dan sepi, barangkali mereka belum pada pulang.

Di kamar Mardi, wuuuiiiih... hampir seluruh dinding kamarnya penuh dengan poster dari ukuran yang kecil sampai sebesar meja belajar. Gambarnya memang tidak terlalu seru, seadanya. Kesanku sih begitu, berantakan tidak karuan. Yang penting menempel. Di situ ada gambar Madonna, Prince, Michael Jackson, terus artis-artis dari yang tidak terkenal dari Hong Kong dan juga Indonesia seperti: Yatti Octavia dan beberapa gambar pemain sepakbola yang aku tidak ketahui namanya. Maklum, aku bukan penggemar bola. Setelah kamar dikunci, Mardi memberikan contoh dengan mengupas perlahan gambar poster tadi di dinding yang terbuat dari kayu itu, dan segera menempelkan matanya pada lubang yang ada di balik poster itu. Ya sudah, kami berebutan mencari poster yang tentunya sesuai dengan ukuran tinggi tubuh kami. Dan, Ya ampun. Hampir di balik seluruh poster yang tertempel di dinding itu kebanyakan ada lubang untuk mengintip ke kamar sebelah. Aku sendiri memilih-milih lubang, satu cukup tinggi dan satunya lagi di bawah, yang kalau kami lihat harus berjongkok atau setengah tiduran.

Yang lain juga sudah mendapatkan posisinya masing-masing. Dari balik lubang tempatku melihat tampak kamar di sebelah tertata dengan apik. Di seberang sana menempel ke dinding kanan ada ranjang, kemudian di sampingnya ada meja komputer, sedangkan yang di sebelah kiri ada pintu lagi, kamar mandi. Dari lubang di bawah, aku tidak dapat melihat banyak. Mungkin tepat di kolong meja. Meja belajar maksudnya.
"Mar, jam berapa?" tanyaku, "ngga sabar nich." sambil tiduran di lantai, sementara lampu di kamar tetap padam dan suasananya hening sekali.
"Sebentar lagi, biasanya sich jam-jam segini," sahutnya bingung.
Eh, benar. Tidak lama terdengar pintu kamar ruang sebelah di buka dan setelah kami menunggu agak lama sedikit, perlahan-lahan kami mulai beraksi dengan membuka poster-poster sesuai pilihan kami masing-masing. Di kamar sebelah, kulihat ada cewek yang lagi minum langsung dari botolnya, dan tampak lehernya yang putih mulus dengan gerakan halus dari jakun yang sedang bekerja melancarkan air tersebut masuk ke tenggorokannya.

Pemandangan ini membuat penisku mulai sedikit memberikan reaksi. Gila, pemandangan yang indah sekali. Cewek itu belum dapat kulihat dengan jelas. Yang pasti, rambutnya hitam, panjang sedikit melewati punggungnya dengan perawakan langsing dan tinggi sekitar 160 cm. Mengenakan kaos berwarna pink, tidak terlalu ketat dan rok mini yang juga berwarna pink. Pintu kamar mandi masih terbuka dan terdengar seseorang sedang menumpahkan air di sana dan ketika dia keluar. Ya ampun, aku kenal dengan anak ini. Si Andre, anak tehnik seangkatan dengan aku, dan kukenal doi karena sama-sama satu grup saat P4 dulu. Anaknya cukup supel dan aktif. Ketika kulihat lagi yang cewek, ternyata aku juga mengenalnya. Dia Irene, anak FE juga seangkatan denganku dan kami semua satu grup, Andre, Irene dan aku. Irene sendiri sempat dekat benar dengan aku, soalnya doi juga aktif dan sering berdiskusi dengan aku. Lebih tepatnya berdebat dalam session di P4 itu. Pokoknya seru kalau sudah berdebat dengan dia. Tetapi orangnya juga sportif. kalau aku benar dalam mempertahankan pendapat tentunya dengan jalan pikiran yang logis, pasti dia mengakuinya.

Selama acara P4 yang 2 minggu lebih itu, Irene nempel terus ke aku. Dari aku sendiri suka-suka saja, soalnya aku juga belum punya banyak teman saat itu, demikian juga dia. Apalagi memang tidak ada ruginya dekat-dekat dengan cewek cantik. Dia dari Pontianak dan tidak banyak anak Pontianak yang masuk Jakarta untuk kuliah. Kalau si Andre sudah dari dulu dia mendekati Irene, jadi kami berdua sering jalan bersama. Andre adalah anak Surabaya, sama dengan Sandra, hanya saat itu aku lain group dengan Sandra, sehingga waktu itu belum dekat benar. Hanya sekedar tahu saja. Memang sudah berulang kali aku bertemu Iren sedang ngobrol bersama Andre. Akhirnya dapat juga Andre mendekati Irene dan geli juga aku mengingatnya, sebab dari dulu Andre juga pernah bertanya kepadaku, lebih tepat mancing-mancing perasaanku ke Irene. Tetapi kubilang ambil saja kalau dia mau. Bubar P4 masih seminggu lebih lagi, aku dekat dengan Irene, sebab kami sama-sama diminta menjadi anggota tim perumus akhir P4. Sesudah itu kami bubaran karena kuliahku teratur dari pagi jam 7 sampai jam 2 siang, sedangkan doi tidak tentu. Sesudih itu aku juga tidak terlalu memperhatikannya. Jadi semakin lama semakin jarang bertemu, sampai hari ini baru aku lihat lagi.

Andre sempat mengecup pipi Irene sebelum doi duduk dan sibuk di depan komputer, sedangkan Irene kemudian berjalan menuju ke arahku. Semakin dekat... dekat... dekat... Wah gawat, aku menjadi deg... deg... degkan tidak menentu. Saat itu Irene begitu dekat hingga bisa kulihat dengan hanya dibatasi dinding kayu. Kalau ketahuan aku sedang mengintip kan tengsin juga aku. Walaupun hati ini kebat-kebit, untung aku masih ingat benar ilmunya si Mardi. Jangan sekali-kali bergerak kalau posisinya begitu, apalagi sampai mengangkat mata dari lubang, karena akan ada sinar yang masuk melalui celah dan itu bahaya besar, bisa membangkitkan perhatian. Kalau mungkin malah jangan berkedip. Jadi kutahan mataku untuk menutup lubang itu, sambil berdoa semoga tidak ketahuan, he... he... he... Sudah salah masih minta slamat, dasar manusia, jadi manusiawi.

Setelah agak lama Irene tenggelam dalam kesibukannya dan aku merasa aman, perlahan kuangkat mata dari lubang itu dan kututup kembali dengan poster. Kemudian aku pindah ke lubang yang ada di bawah meja. Sekarang yang tampak adalah sepasang kaki yang sangat indah hingga ke pangkal paha putih mulus dengan posisi kaki disilangkan, yang kanan menindih yang kiri. Cukup lama aku mengagumi hal ini dan kemudian tiba-tiba kaki tersebut bergerak. Sekarang ganti kaki kiri yang menumpang di kaki kanan. Saat perpindahan itu sempat terlihat CD doi. Kayanya warna pink juga tetapi sayangnya singkat sekali sehingga tidak sempat kunikmati. Dengan sabar aku menanti kembali gerakan-gerakan yang tentunya kuharapkan memberikan pandangan hidup yang lebih baik lagi. Tetapi kok tidak kunjung tiba, sampai akhirnya penantianku membuahkan hasil. Kakinya sedikit terbuka mengangkang dengan tubuh yang mungkin di condongkan ke meja. Sekarang dapat ku lihat belahan paha bagian dalam terus menyusur ke dalam dengan cahaya seadanya (karena di kolong meja), terus ke dalam memberikan gairah tersendiri yang tanpa sadar penisku juga sudah mulai menegang. Rasanya ingin segera mencari lubang itu dan menyelami dasarnya. Doi memakai celana berwarna pink dari bahan yang tidak terlalu tebal sehingga masih berbayang rumput hitamnya yang cukup tebal di tengah.

Uh, indah sekali. Lima belas menit sudah berlalu rasanya dan belum ada aktifitas lebih lanjut. Lama-lama pegel juga mata dan bosan juga. Itu lagi itu lagi. Dan penisku juga sudah mulai surut, sementara yang diintip diam saja. Lama-lama kakiku yang kesemutan sendiri. Jadi kututup lagi lubang itu. Sekarang aku tiduran di lantai disusul oleh yang lain. Bosan juga rupanya mereka. Orang tidak ngapa-ngapain kok diintip. Samar-samar masih sempat kudengar hujan mulai turun di luar dan rasanya belum terlalu lama aku tidur ketika kakiku di sepak-sepak Paul. Sialan. Dalam hati, baru juga mau tidur sebentar saja ada yang ganggu. Dan eh, langsung aku segera bangun, karena teman-temanku sudah sedang asyik di posisi masing-masing. Hanya aku yang ketinggalan. Rasanya aku tertidur tidak terlalu lama. Apa aku pules benar ya?

Cepat-cepat saja kubuka lagi lubang yang punyaku dan segera kuintip.
"Hhhggg... hggg..." desah Irene sambil mengacak rambut Andre. Kulihat Irene duduk di tepi ranjang, sedangkan Andre berlutut di hadapannya sedang sibuk menjilat belahan paha bagian dalam. Tubuh mulus bagian atas Irene sendiri sudah terbuka, demikian juga dengan branya yang tidak terlihat lagi ada dimana. Buah dadanya kencang sekali, cukup besar dan menantang. Gila, tubuhnya putih mulus benar. Nyesel juga, kenapa dulu tidak kuhajar saja. Saat itu penisku juga tidak tanggung-tanggung langsung bangun, tegang sekali. Sialan juga temen-temen yang lain, terlambat membangunkanku. Seperti apa permulaannya kan aku tidak lihat.

"Aaaccchhh..." desah nikmat Irene seraya mendongakkan kepalanya ke belakang, dan leher jenjangnya benar-benar mempesona.
Kemudian tangannya menyibakkan rambutnya ke belakang. Sungguh suatu paduan gerakan alami nan menawan. Sejurus kemudian dia membungkuk dan menarik kaos yang dikenakan Andre dan meletakkannya di lantai. Andre sendiri kemudian bangkit dan melepaskan celana yang dikenakannya termasuk celana dalamnya. Segera tampak senjata ampuh miliknya yang tentunya di sayang benar dan segera di lahap ujungnya perlahan oleh Irene, dan perlahan mulai mengocoknya berirama hingga pada akhirnya seluruh batang kemaluan itu tertelan oleh mulut Irene yang dihiasi bibir mungilnya. Milik Andre rasanya tidak sebesar punyaku, tapi yang di sana rupanya lebih beruntung dari yang punyaku, he he he.

"Ren... ach... ach..." rintih Andre yang memuncak nafsunya.
Kemudian dikeluarkannya batang itu dan segera Andre mengangkat kaki Irene dan menarik celana dalam serta rok mininya dan terlepas seluruhnya. Tetapi tidak sempat kulihat dengan jelas, karena Irene segera tertidur di ranjang dan tertutup oleh bayangan pantat Andre yang segera merebahkan tubuhnya di atas tubuh Irene dan mereka mulai bergelut. Sesaat kemudian, Andre turun dari tubuh Irene dan perlahan membelai tubuhnya mulai dari telinga kanan, leher, menyusuri bahu berputar-putar di sana sejenak dan terus turun mendekat bukit nan menjulang sebelah kanan dan mendaki namun tidak sampai menyentuh putting. Justru puting itu diam-bil dari puncaknya dengan lidah Andre yang sekarang mulai aktif memainkan peranannya.

"Ssshhh... achhh..." rintih Irene nikmat.
Sekarang tangan kanan Andre sudah semakin menurun dan mencapai perut, terus turun tepat di jalur tengah menuju pusat, mulai menyibakkan rumput hitam lebat.
"Dre... hhhggg.. hhhggg.."
Tangan kanan Andre sekarang sibuk tepat di pusat itu dan nampak Irene sangat menikmatinya. Perlahan kaki Irene sudah semakin terbuka lebar dan Andre pun sudah kembali mengambil posisi siap di atas. Perlahan Andre mulai menurunkan kaki ketiganya dan menembus, membuka liang nikmat itu perlahan tetapi pasti, seiring dengan kaki Irene yang panjang menekuk menyambut tamunya yang memberikan kenikmatan duniawi. Memang di sana adalah surga dunia. Andre bergerak perlahan memompa, yang tidak lama kemudian sudah seirama dengan gerakan Irene yang diiringi nafas memburu dari Andre dan desah lirih tiada henti dari Irene. Gerakan bergelombang itu membangkitkan minat para pengintip termasuk aku. Dan kuyakin di dalam sana burungku juga pasti sudah mulai kebasahan.

Pada satu kesempatan, Andre melepaskan penisnya dari genggaman liang vagina Irene, dan berbaring di samping tubuh Irene, yang disusul oleh Irene menaiki tubuh Andre. Setelah Irene menyibakkan rambutnya yang kusut ke belakang dia pun mulai mencari dan memberikan pengarahan kepada burung Andre untuk mencapai sarangnya. Sesaat kemudian gerakan mereka kembali berirama dan kulihat rambut Irene sekarang mulai menempel di tubuhnya yang berkeringat. Hal itu memberikan pemandangan indah tersendiri, terlebih ketika Irene mendongakkan kepalanya meresapi kenikmatan yang datang. Sejurus kemudian Irene membungkukkan tubuhnya ke depan dan bertumpu pada kedua lengannya sementara pinggulnya terus memainkan gerakan indah berirama turun-naik turun-naik berulang-ulang. Irene menarik rambutnya ke depan dan menutupi buah dadanya yang sebelah kiri, tidak terurai oleh karena sudah basah oleh keringat.

Diterangi cahaya lampu yang minim itu, sekarang aku dapat melihat pundak dan punggung Irene yang putih mulus itu mulai berminyak dan timbul bintik-bintik keringat licin yang semakin mengoyak kesetiaan iman. Gerakan semakin binal dan menuju puncak hingga pada suatu titik.
"Ren, nyam... pe..." pekik Andre tertahan.
Saat itu pula segera Irene melepaskannya dan menyambut semburan kental dari pipa milik Andre ke dalam mulutnya. Masih sempat terlihat semburan yang pertama mengenai muka dan sedikit rambut Irene sebelum seluruhnya tenggelam dalam kegelapan kerongkongan Irene. Setelah terdiam beberapa saat, Andre bangkit dan mengangkat kaki Irene ke atas dan segera lidah Andre terjulur memainkan klitoris milik Irene, mulai dari gerakan perlahan namun segera menjadi cepat seiring dengan bahasa tubuh Irene menggeliat kian kemari hingga akhirnya.
"Ach... ccchhh," desis Irene yang disertai dengan gerakan kakinya yang mengejang keras lurus mirip kaki ayam disembelih nikmat yang tiada tara.

Dan, "Brukkk..." derit ranjang itu berbunyi pada saat Andre rubuh menjatuhkan tubuhnya untuk saling berimpit bersentuhan dan menikmati sisa nikmat yang ada bersamanya. Kami semua terdiam karena demikian terpesona menikmati live show yang baru saja diperagakan lebih nikmat dibandingkan nonton BF yang seringkali kami lihat bersama seusai kuliah ini. END by: http://355win.com/ Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru -